Pendahuluan

      Bangsa-bangsa di dunia memiliki kebudayaan yang beranekaragam. Mulai dari adat istiadat, seni, ilmu pengetahuan, kuliner sampai bela diri. Menurut catatan sejarah, untuk mengamankan perairan lautnya, kerajaan Tarumanegara membentuk angkatan laut yang tangguh. Mereka dilatih sangat luar biasa sehingga mampu mengamankan perairan negara dari para perompak. Disamping itu sejarah juga mencatat, Tarumanegara membentuk pasukan pengawal raja yang ahli dalam menggunakan panah dan tombak.  Disini dapat disimpulkan bahwa bela diri muncul dari rasa tidak aman pada manusia karena adanya ancaman. Fakta sejarah yang lain menyatakan, beladiri senjata okniwa muncul dari penindasan kerajaan Jepang terhadap penduduk setempat. Sedangkan orang-orang Korea mencipatakan tehnik-tehnik perang tidak saja berawal dari penindasan manusia oleh manusia, tapi dilatar belakangi juga untuk menaklukan alam (berburu).
Luar biasa, manusia yang diciptakan begitu hebat. Mereka menggunakan akal yang dikaruniakan Sang Khaliiq dengan hebat. Hanya dengan satu kali sabetan tanduk banteng yang kuat bisa patah di tangan maestro karate Oyama. Tengok juga maestro maenpo Sabandar  yang penuh kerendahan hati, Kosim. Dia mampu membunuh seekor harimau lodaya hanya dengan jari-jari tangannya. Maestro-maestro ini mengoptimalkan karunia dari Allah melalui pemikiran dan perenungan yang cukup panjang, karena beladiri tidak saja mengandalkan otot tapi juga akal. 
      Seiring berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan, maka mempermudah hubungan antar bangsa di berbagai bidang. Kemajuan teknologi  yang setiap saat berubah, memudahkan penduduk satu negara untuk mengunjungi negara lain dan membawa ilmu pegetahuan, adat istiadat dan kebudayaann masuk ke negara tujuan.  
Begitu pula dengan bela diri, adanya hubungan antar negara yang tidak saja dijalin lewat hubungan diplomatik tapi juga budaya mempercepat peralihan satu ilmu bela diri. Di negara tujuan bela diri itu bisa berubah nama, tehnik atau yang lainnya, karena berbaur dengan bela diri lokal atau mungkin karena inovasi dari praktisinya. Contohnya wushu Cina yang mempengaruhi beladiri lokal kepulauan Okinawa sehinga munculnya bela diri Tote yang sekarang dikenal dengan Karate. Indo Kenpo bela diri kuno India berbaur dengan wushu lokal di Tiongkok  kuno memunculkan bela diri para pendeta Budha, yang dikenal dengan Shaolin She Kumfu (di Jepang disebut Shorinji Kempo walau masih ada perselisihan sejarah).
     Bela diri dari beberapa negara asia masuk ke Indonesia mulai dari zaman kerajaan-kerajaan sampai sekarang. Mungkin wushu Cina banyak mempengaruhi bela diri asli Indonesia, faktanya muncul beberapa aliran pencak silat yang memiliki hubungan dengan wushu, misalkan aliran Ulin Makao di Banten, Beksi dan Kwitang di Jakarta.. Beladiri Jepang masuk ke Indonesia melalui mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang pernah belajar di Jepang.
     Masuknya bela diri Jepang, terutama Karate di tahun 60 – 70an membuat geger. Bela diri ini dipelajari dan digandrungi sampai ke pelosok-pelosok negeri ini. Hal itu pula yang membuat beberapa tokoh pencak silat mengkhawatirkan kondisi tersebut. Hal ini sangatlah wajar, karate menyuguhkan sebuah metode latihan yang sistematis (begitu umumnya orang beranggapan). Ada yang mengatakan tehnik karate tidak serumit wushu atau pencak silat, karena bela diri Jepang mengutamakan efeseiensi. Selain itu karate digandrungi karena memiliki tingkatan yang jelas, dengan adanya tanda tingkatan berupa sabuk.
    Saat ini di Indonesia, generasi muda sangat menggandrungi karate dan taekwondo. Untuk menemukan perkumpulan latihan dua beladiri ini cukup mudah  di kota Bandung. Misalnya di GGM, Gor KONI, atau di sekolah-sekolah SMP dan SMA. 
Bagaimana dengan pencak silat ?. Untuk berlatih pencak silat, saat ini kita akan sedikit kesulitan karena tidak mudah mencari tempat latihannya. Publikasi perguruan-perguruan pencak silat sebetulnya  cukup bagus, sayang ketika dikunjungi tidak jarang mereka tidak bisa memberikan informasi tempat dan waktu latihan. Atau yang lebih parah mereka sudah tidak memiliki kegiatan latihan. Anehnya ada beberapa perguruan yang memberikan data-data bahwa perkembangan perguruan mereka di laur negeri sangat bagus, tapi kenapa di negerinya tidak ?.
Butuh sebuah terobosan-terobosan, keterbukaan dari setiap tokoh perguruan, dan kerelaan meluangkan waktu dari para pelatih atau guru untuk mengajar  agar pencak silat tetap menjadi tuan dan panutan di negerinya sendiri.
Mari kita jaga dan lestarikan budaya bangsa kita, agar kita tetap yang memilikinya. Jangan sampai ketika miliki kita sudah diakui orang lain baru kita teriak-teriak memprotesnya, sedangkan selama ini kita tidak menjaganya.